MASRURI

(M Vut Asmakhum Rmhk) biasa disapa Vut atau Emput, lahir di Indramayu, 28 Agustus 1965. Menulis sejak duduk di bangku SMP (puisi, cerpen, f...

Selengkapnya
Navigasi Web

Disandera Untuk Sebuah Misi Rahasia (Bagian 10)

Satu senja, Munah melakukan aktivitas ringan sekedar berjalan-jalan menyusuri keramaian pasar Mambo menjelang malam. Dia masih tak mengerti dengan sikap Kentel kemarin siang. Kentel terlihat begitu gugup. Apa sebernarnya yang terjadi? Munah terus menerka-nerka semua kejadian tempo hari. Tentang uku itu, Kentel bisa-bisanya sampai tak sadar bahwa bukunya terjatuh. Padahal yang Munah tahu Kentel sama sekali tak pernah meninggalkan buku yang selalu dibawanya kemanapun Kentel pergi. Apa dia memang benar-benar kalut saat itu? Tapi kalut oleh apa! Raut wajahnya begitu ketakutakutan. Tunggu! Munah terdiam sejenak. Dia seakan mengingat sesuatu. Dia berusaha mengingatnya. Tapi apa yang dapat Munah ingat?

“Mimi? Yah! Itu dia!” ujar Munah “Tapi apa maksud dari kata “Mimi?” sebentar, setelah dia mengucapkan kata itu, Kentel langsung terlihat cemas. Dia buru-buru meninggalkanku! Yeah... aku mengerti sekarang!”

Tiba-tiba ada seseorang yang membekap Munah dari belakang. Matanya pun ditutup dengan kain hitam. Gelap. Yah, itu yang dirasaka Munah. Kemudian Munah merasakan sesorang menyeret paksa Munah masuk ke dalam mobil. Di dalam kendaraan itu tangan Munah pun diikat. Monica terus meronta-ronta sekuat tenaga. Mulutnya dibungkam dengan plakban. Dia hanya mengerang-ngerang minta dilepaskan. Tetapi orang-orang itu membentaknya dengan keras. Hingga membuat Munah merasa ketakutan dan tak bisa berbuat apa-apa lagi. Mobil itu terus melaju dengan kecepatan sangat tinggi. Munah merasakan mobil itu melewati tikungan tajam, kemudian lurus, lalu zig-zag, belok kanan kemudian lurus kembali. Munah masih terus terdiam. Dia makin ketakutan, jantungnya berdegup begitu kencang. Napasnya mulai tak teratur dan dadanya terasa sesak. Tangannya mulai terasa dingin. Bukan karena saat ini di Alun-alun Kota tengah musim angina kumbang tapi karena rasa takut yang menjalar hebat keseluruh tubuhnya.

Mobil itu sekarang Munah rasakan memasuki gang kecil yang berbatu. Sepertinya Munah merasa bukan hanya dia yang disandera di dalam mobil itu. Ada orang lain selain dirinya. Sebab dia mendengar juga erangannya. Mobil pun berbelok kekiri, dan jalananpun dirasakan mulus kembali. Kemudian perlahan-lahan kecepatan mobil itu semakin rendah. Berbelok kekiri dan berhenti. Terdengar suara gesekan pintu gerbang dibuka. Mobil itu kemudian kembali bergerak untuk sejenak kemudian berhenti. Pintu mobil dibuka. Mereka berdua turun dan dituntun untuk mengikuti orang-orang yang membekpnya. Masih dengan mata tertutup dan tangan terikat, Monica memasuki ruangan. Mereka berjalan menaiki tangga, berbelok ke kanan dan ke kiri. Sepertinya tangga ini memutar, sampai kepala gadis itupun terasa pusing akibat mata yang tertutup. Lalu mereka berjalan lurus, lurus, dan lurus. Sepertinya panjang sekali. Kemudian mereka berbelok ke kanan, lalu lurus, kemudian menaiki tangga kembali.

Jantung Munah terasa berdebar semakin kencang. Rasa dingin semakin menusuk pori-pori kulitnya. Takut. Takut. Dan takut yang dia rasakan. Udara seakan mau habis. Darah yang ada ditubuhnya seakan mengalir lebih deras, deras, dan lebih deras. Kakinya mulai lemas, tapi dia harus terus berjalan. Terdengar pintu terbuka. Mereka memasuki ruangan. Ruangan itu terasa sangat dingin melebihi dinginnya es. Mereka didudukkan disebuah bangku. Terdengar suara orang memerintah.

“Buka ikatan kedua gadis itu!”

Kalimat berwibawa penuh, sepertinya orang yang mengucapkan adalah orang yang sangat dihormati.

Kemudian seseorang yang diperintahnya segera melaksanakan apa kata sang tuan untuk melepaskan ikatan tangan sandera dan membuka tutup mata mereka. Mata Munah merasa silau diterpa cahaya akibat selama beberapa waktu matanya ditutup paksa. Saat ini mereka berada di ruang besar bernuansa putih dimana-mana dipenuhi lukisan-lukisan abstrak yang sengaja dipajang di dinding oleh sang pemilik ruangan. Dan di depan mereka tampak sebuah atlas dunia berukuran besar. Munah akhirnya mengetahui seseorang yang berada di sebelah kirinya ternyata Neni. Dia begitu terkejut. Begitu pula sebaliknya dengan Neni. Dan bersama mereka juga terdapat Kentel dan Sutari. Di hadapan mereka berdiri sosok laki-laki tinggi tegap, mengenakan topi pemburu, berkulit putih, yang tengah menatap dalam-dalam wajah Munah dan Neni, kemudian tersenyum. Meski entah apa arti seulas senyumnya itu.

“Ada apa kalian membawa kami kemari ?!” Ujar Neni beringas.

“Apa maksud kalian melakukan ini pada kami!” Timpal Munah.

Kedua orang yang berbadan tegap dan kekar yang berada di belakang mereka pun maju memegang pundak mereka.

“Kedua temanmu yang ada di samping kalian pasti sudah tahu apa maksud kami membawa kalian ke tempat ini!” ujar salah seorang bermata tajam itu.

“Siapa kalian?” seru Munah dengan suara melengking.

Tiba-tiba seseorang yang sejak tadi memegangi mereka menjawab.

“Beliau adalah tuan Miskam! Seorang ilmuan yang tersohor di Alun-alun Kota!” jawab salah seorang asistennya begitu meghormati tuannya.

Tuan Miskam pun tersenyum tipis mendengar perkataan asistennya dibalik meja besar yang ada di hadapan Munah dan Neni. Kemudian Tuan Miskam menunjukkan beberapa foto kehadapan kedua gadis itu. Dan menjelaskan siapa yang ada di foto itu. Dan ternyata adalah keluarga dari Neni dan Munah. Kedua gadis itu terkejut mendengar penuturan Tuan Miskam. Darimana dia mengetahui semua itu?

“Jadi, apa maksud kalian menunjukkan foto-foto itu kepada kami. Dan dari mana kalian tahu semua itu?” Tanya Neni.

“Itu sangat mudah bagiku karena aku memiliki banyak orang kepercayaan disini,” Ujar Tuan Miskam bangkit dari kursi kebesarannya.

“Dan untuk apa kami melakukan ini, itu supaya kalian dapat melakukan misi yang sudah aku siapkan! Kedua temanmu juga sudah mengetahuinya!” Tuan Miskam menjelaskan.

“Sutari! …” Lengking tuan Miskam dengan tatapan elangnya memanggil Sutari.

“Ya, paman!” Takberapa lama Sutari pun datang memenuhi panggilan sang Paman. 9/7/2020 (Bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

nformatif dan inspiratif, semoga teman gurusianer, makin sukses dalam menulis

09 Jul
Balas



search

New Post