MASRURI

(M Vut Asmakhum Rmhk) biasa disapa Vut atau Emput, lahir di Indramayu, 28 Agustus 1965. Menulis sejak duduk di bangku SMP (puisi, cerpen, f...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pendidikan Anak Menurut Al-Quran & As-Sunnah
Pendidikan Anak

Pendidikan Anak Menurut Al-Quran & As-Sunnah

Pendidikan Anak Versi Al-Qur’an & As-Sunnah

[email protected] – Sebelum membicarakan perihal Pendidikan anak, marilah kita cermati firman Allah Ta‟ala berikut:

إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوا۟ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ

Artinya: “Dan sesungguhnya Allah itu senantiasa menyertai orang orang yang bertaqwa dan berbuat kebajikan”. (QS.An Nahl 128).

Berdasarkan firman tersebut dapat kita telusuri bahwa setiap orang hidup ini sesungguhnya memikul beban tanggung jawab amanat dari Allah Ta’ala. Karena hanya manusia sebagai hamba Allah yang dikaruniai akal yang sempurna. Oleh sebab itulah apa yang dikaruniakan oleh Allah kepada manusia hakikatnya adalah amanat yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

Amanat Allah kepada seluruh umat manusia di muka bumi antara lain adalah berupa keturunan. Kewajiban setiap orang tua terhadap anak tidak hanya sekedar mencukupi kebutuhan sandang pangan, papan dan kesehatan saja, akan tetapi yang lebih penting adalah pendidikan. Artinya sebagai manusia memkiliki tanggung jawab untuk mendidik putra dan putrinya, terlebih pengetahuan tentang agama dan tatakrama. Agar kelak anak dapat memenuhi kewajiban sebagai seorang hamba di hadapan Allah, menunaikan kwajiban ibadah penghambaan diri secara baik, demikian pula memiliki bekal dalam hidup bergaul dengan sesama makhluq ciptaan Allah, anak harus ditanamkan aqidah tatakrama, adab dan etika, supaya mampu menjaga hak-haknya dalam pergaulan ditengah tengah masyarakat. Nasehat Nabi Ibrahim dan nabin Yaqub kepada para putranya, sebagaimana diabadikan dalam surat Al-Baqarah ayat 132 sebagai berikut:

وَوَصَّىٰ بِهَآ إِبْرَٰهِۦمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَٰبَنِىَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Artinya: “Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak- anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".(QS.Al Baqarah :132)

Setiap orang tua, seyogyanyalah harus menunaikan amanah itu, untuk mendidik anak supaya anak memiliki kecakapan mengetahui dan menunaikan hak dan kewajibannya untuk menghambakan diri beribadah kepada Allah dengan baik.

Demikian pula selaku orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik anak, agar dapat menunaikan kwajibannya beribadah dengan benar, tidak sebatas melaksanakan tradisi, meniru praktek ritual dari lingkungan, keluarga dan nenek moyang semata. Akan tetapi harus didasarkan atas ilmu pengetahuan dan aqidah yang benar. Sesungguhnya anak kita akan bagaimana keadaannya, itu sangat tergantung kepada orang tua. Tanggung jawab orang tua terhadap putra putrinya terutama tentang agama dan tatakrama akan sangat menentukan kesinambungan cara hidup mereka kelak. Apabila anak memiliki kepatuhan dan ketaatan kepada orang tuanya, ini sesungguhnya lantaran upaya dan ikhtiar orang tua juga. Demikian sebaliknya manakala anak durhaka, selalu menentang dan membangkang terhdap kedua orang tuanya, tentu hakikatnya karena kelalaian orang tua juga. Orang tua harus mawas diri mengapa anaknya demikian. Karena anak itu pada awalnya bagaikan bahan baku yang masih diusahakan. Akan berwarna apa nantinya, dan akan jadi apa, sangat tergantung dari tanggung jawab dan usaha orang tua.

Sebagaimana hadits Nabi :

حَدَّثَنَا حَاجِبُ بْنُ الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ عَنْ الزُّبَيْدِيِّ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ثُمَّ يَقُولُا أَبُو هُرَيْرَةَ وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ { فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ } الْآيَةَ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ كِلَاهُمَا عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَقَالَ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً وَلَمْ يَذْكُرْ جَمْعَاءَ

Artinya: “ Semua bayi yang dilahirkan adalah dalam fithrah Islam. Hanya saja bapak ibunya yang menjadikan anaknya menjadi yahudi, utau nashrani, utau majusi”. (HR. Muslim).

Oleh karenanya semenjak usia dini orang tua harus benar benar mendidik anak terrutama dalam hal akhlaq, aqidah anaknya. Agar kelak kemudian ketika anak tumbuh dewasa, orang tua tak akan khawatir lagi terhadap pengaruh yang mungkin mencemari atau merusak aqidah keyakinannya, dan tak akan susah payah memerintahkan kepada anak untuk memenuhi kwajibannya. Karena anak sudah cukup kuat proteksi keimanannya, tertanam sejak kecil tumbuh dan dibina menjadi semakin kuat ketika anak dewasa. Demikian pula ketaatan dan kepatuhannya terbiasa dan tertanam dalam dilubuk hatinya, dibarengi dengan pengetahuan agama sehingga mereka semakin memahami tentang hak-hak dan kwajibannya. Pada akhirnya dapat memenuhi seluruh harapan orang yang diinginkan dari anak-anaknya, jadilah mereka sebagai generasi dhurriyyah thoyyibah yang menjadi jariyah bagi orang tua dan para pendahulunya. Senantiasa mengalir kebaikannya kendatipun kedua orang tuanya telah tiada dan telah putus usahanya, akan tetapi tetap hidup kebaikannya oleh karena anak cucu yang ditinggalkannya, tetap melestarikan amal baik dan senantiasa berdoa untuk orang tua dan para pendahulunya. Sebagaimana firman Allah :

وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

Artinya: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka , berdoa :

"Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang."

( QS.Al Hasyr : 10 ).

Demikian juga sabda Nabi (Hadits) yang sangat terkenal :

عَنْ أبِى هُرَيْرَة (ر) أنَّ رَسُول الله .صَ. قَالَ: إذَا مَاتَ الإنسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: (صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ, اَووَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُولَهُ (رواه ابو داود)

Artinya: “Ketika telah meninggal anak Adam maka putuslah semua amalnya kecuali tiga perkara shadaqah jariyah, atau ilmu yang manfa‟at, utau anak shalih yang mendo‟akan orang tuanya”.

Oleh karena itu sebagai orang tua, marilah kita lakukan persiapan sebaik-baiknya, di samping kita tetap membangun kesadaran tentang akan kemana lagi kita pada akhirnya tentu kita akan dituntut meninggalkan generasi pewaris kita yang memberi timbal balik amal jariyah yang baik, jangan sampai kita meninggalkan mereka dalam keadaan bodoh, terlebih tertinggal dalam ilmu pengetahuan agama akhlaq budi pakerti dan tatakrama. Harta benda mungkin sirna, rumah, sawah bisa berubah, sertipikat kepemilikan hak, bisa saja berpindah ke tangan siapa pun. Tetapi ilmu pengetahuan akan membawa kemuliaan. Insya Allah dunia akhirat tak akan terhina. Menurut sabda Nabi tiga hal yang akan kekal tiada habisnya, bak air mengalir tiada henti, kendati kita mati tak mampu berbuat apa apa, tetapi pahala akan lestari tiada hentinya, selama ada salah satu dari tiga perkara : Pertama, Harta yang digunakan untuk shadaqah jariyah. Kedua, Ilmu pengetahuan yang bermanfa‟at dan dimanfaatkan oleh banyak orang . Ketiga, Anak shalih yang mendoakan orang tua. Tiga hal tersebut hendaklah ada yang kita miliki, yang dapat membawa kita ke jalan keselamatan. Jangan sampai ketiga tiganya tak dimiliki barang sebagian pun. Barangkali yang terdekat bagi kita pada umumnya, yang telah tersedia modalnya adalah berupa anak anak kita. Harta tak setiap orang cukup untuk beramal jariyah, tak setiap orang mampu melakukannya. Ilmu yang bermanfa‟at yang memiliki umumnya para alim ulama yang mendidik ummat dan anak anak kita, kita tidak termasuk kelompok ke dua ini pula. Tetapi anak pada kenyataannya kita memilikinya, tinggal upaya dan budi daya agar putra putri kita menjadi anak yang shalih dan shalihah, yang senantiasa berdoa untuk orang tuanya. Padahal kenyataan tidak mudah anak itu menjadi shalih, tanpa didikan ilmu pengetahuan agama dan tatakrama. Anak anak kita sekarang, yang pandai dan cerdas tiada tanding tiada banding, tetapi yang shalih shalihah ternyata jarang jarang. Apa sebabnya ? Kalau kita runut dan kita susur sebagian besar orang akan mengakui, jawabnya ada pada diri kita masing masing selaku orang tua. Yaitu bahwa ternyata kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan agama dan tatakrama bagi anak anaknya. Kenapa orang tua hanya sedikit menaruh perhatian pada pendidikan agama buat anaknya ?.Jawabnya sederhana, karena agama tak dapat menjanjikan materi apa-apa untuk masa depan anaknya. Dengan alasan inilah orang tua tidak tertarik mendidik anaknya pintar ilmu agama. Cukuplah belajar agama di masa kanak- kanakya, kalau sudah dewasa harus pandai segala macam pengetahuan, meskipun pada akhirnya juga tak kebagian apa apa. Karena derajat, kedudukan terhormat, ternyata seakan akan hanya untuk kalangan terbatas dan bukan untuk umumnya masyarakat. Semoga kita semua segera sadar, jangan sampai berlarut larut dalam kekeliruan memilih, agar tak menyesal dikemudian hari. Anak anak kita mendapat pengetahuan yang bermanfaat bagi dirinya dan untuk masyarakat, bagi hidupnya dunia akhirat.

Selamat menunaikan ibadah shaum Syawwal hari ke-5. Siapa yang menabur maka dia yang akan menuai, maka taburkanlah benih yang baik untuk hasil panen yang lebih baik dan sempurna. Semoga.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post